Dulu hanya ditemukan di mobil mewah, kini fitur kamera 360 (juga dikenal sebagai around-view monitor) semakin umum ditemukan bahkan di mobil kelas menengah. Fitur ini menggabungkan gambar dari beberapa kamera di sekeliling mobil untuk menciptakan pandangan “mata burung” (bird’s-eye view) di layar head unit.
Produsen mengklaim fitur ini adalah dewa penolong saat parkir di lahan sempit, seperti di mal atau basement apartemen Jakarta. Ia diklaim mampu mengeliminasi blind spot dan mencegah bodi mobil tergores velg atau trotoar.
Artikel ini akan menguji klaim tersebut secara kritis. Kami akan membawa mobil berfitur kamera 360 ke skenario parkir tersulit: parkir paralel di jalan sempit, parkir seri di mal yang ramai, dan bermanuver di gang kecil.
Kami akan menganalisis resolusi kamera, distorsi gambar (efek fisheye), dan seberapa akurat garis pandu yang ditampilkan. Apakah fitur ini benar-benar membuat parkir menjadi stress-free, atau mata dan spion tetap menjadi alat yang lebih terpercaya?
Kami akan menyimpulkan apakah kamera 360 adalah sebuah revolusi dalam kemudahan berkendara urban, atau hanya sebuah gimmick teknologi yang mahal dan tidak esensial, yang biayanya lebih baik dialokasikan untuk fitur keselamatan aktif lainnya.

 