Penerapan standar emisi Euro 4, dan bertahap menuju Euro 5, di sejumlah negara Asia merupakan upaya penting untuk mengurangi polusi udara dari sektor transportasi. Standar ini mengatur batas maksimum emisi gas buang berbahaya (seperti karbon monoksida, nitrogen oksida, dan partikulat) yang diizinkan keluar dari kendaraan bermotor. Transisi ini menempatkan tantangan besar bagi produsen kendaraan, terutama produsen lokal.
Untuk memenuhi standar Euro 4/5, kendaraan harus dilengkapi dengan teknologi kontrol emisi yang lebih canggih, seperti Catalytic Converters yang lebih efisien, sistem injeksi bahan bakar yang presisi, atau bahkan teknologi Selective Catalytic Reduction (SCR) pada mesin diesel. Investasi dalam riset dan pengembangan (R&D) serta penyesuaian lini produksi membutuhkan biaya modal yang besar.
Produsen lokal seringkali menghadapi hambatan finansial dan teknis dalam mengadaptasi teknologi baru ini dengan cepat. Mereka harus bekerja sama dengan pemasok komponen global untuk mendapatkan teknologi kontrol emisi yang teruji. Selain itu, ketersediaan bahan bakar yang sesuai, seperti bahan bakar sulfur-rendah, di seluruh jaringan distribusi juga menjadi prasyarat penting bagi keberhasilan implementasi standar emisi baru.
Meskipun tantangannya besar, transisi ke standar emisi yang lebih tinggi adalah langkah penting demi kesehatan publik dan keberlanjutan lingkungan. Pemerintah perlu memberikan insentif dan dukungan teknis untuk membantu produsen lokal bertransisi, sambil memastikan bahwa pasar menyediakan bahan bakar yang berkualitas. Kepatuhan terhadap Euro 4/5 akan membuka peluang ekspor yang lebih luas bagi produk otomotif Asia.

