Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara historis sering dianggap sebagai entitas yang kaku, birokratis, dan lamban beradaptasi. Namun, dalam satu dekade terakhir, dorongan masif untuk transformasi digital telah mengubah wajah banyak BUMN, terutama di sektor perbankan dan telekomunikasi.
Raksasa seperti Bank Mandiri dengan aplikasi Livin’ by Mandiri, atau BRI dengan BRIMo, telah berevolusi menjadi bank digital yang kompetitif. Mereka memindahkan layanan inti dari kantor cabang ke genggaman nasabah, bersaing langsung dengan fintech dan bank digital baru dalam hal kemudahan dan kecepatan transaksi.
Di sektor telekomunikasi, Telkom Indonesia tidak lagi hanya berfokus pada telepon dan jaringan, tetapi merambah ke bisnis data center, cloud computing, dan infrastruktur digital yang menjadi tulang punggung ekonomi digital nasional. Transformasi ini penting untuk menjaga kedaulatan data dan konektivitas.
Tantangan utama dalam transformasi ini bersifat internal. BUMN harus mengubah budaya kerja (mindset) yang kaku, melakukan perombakan proses bisnis yang sudah usang, dan menginvestasikan dana besar untuk mengadopsi teknologi baru serta merekrut talenta digital yang gajinya kompetitif.
Keberhasilan transformasi digital BUMN tidak hanya diukur dari profitabilitas perusahaan, tetapi juga dari peningkatan kualitas layanan publik. Ketika layanan perbankan, telekomunikasi, logistik, dan energi menjadi lebih efisien dan mudah diakses, seluruh ekosistem ekonomi nasional akan ikut terangkat.

 